Oleh : Margita Witdiyatmaka
Lucia Devita Wenny, lu terlalu yakin pada delima bibir lu, dan
biru mata lu!,
apalagi hidung lu mancung, kulit lu kuning langsat, tanpa cacat
Lucia Devita Wenny, lu kira derita dekati lu tak berani,
ia tak pernah pilih bulu, tak terkecuali wanita ayu seperti lu!
Lucia Devita Wenny, lu siasati saja derit-derit pertanda yang i-
ngin lukai lu dengan laku seperti Marini : tak manjakan di-
ri, mental baja lunakkan duri
Lucia Devita Wenny,
hanya karena ingin, lu lupa!
hanya karena licin, lu luka!
Lucia, ah, Lucia ... !
berjalanlah sedemikian rupa sehingga
yang ingin,
parutkan saja daging kelapa!
yang licin,
kerok saja lumutnya!
Yogyakarta, November 1988.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar