Jumat, 27 Januari 2012

Mencari Hakekat Cinta

Oleh : Margita Widiyatmaka

Jangan pernah berhenti dan menyerah
mencari hakekat cinta didalam darah
kesetiaan adalah mimpi dan harapan menuju inti kenyataan

Jangan pernah berhenti dan menyerah
mencari hakekat cinta didalam darah
jati diri adalah jalan menata hati, meniti jembatan kemuliaan

Jangan pernah berhenti dan menyerah
mencari hakekat cinta didalam darah
kesedihan, keprihatinan, mimpi dan harapan
dengan keringat dan air mata, hasrat tak pernah reda, dan semangat tak kenal lelah
engkau akan dapatkan hakekat cinta didalam darah

Gunungkidul, 27 Januari 2012

Hakekat Filsafat

Oleh : Margita Widiyatmaka

Tiada awal benar-benar awal
tiada akhir benar-benar akhir
semua berawal dari aku yang berakal-budi
mengenal “ada”, lebih dari yang terlihat
semua berakhir dari aku yang mengalir merasuk segala sesuatu

Tiada sebab yang benar-benar sebab
sebab yang satu disebutkan, sebab yang lain dimungkinkan
mencari heran tiada pernah tertahan

Tiada “hil” tiada hal, tiada hal tiada “hil”
tiada “hil” yang “mustahal”, tiada hal yang mustahil
semua berangkat dari “good will”, bukan kemauan terpaksa

Tiada nol benar-benar nol
semua yang terbagi nol, tak terhingga menjaring semua
menuju Ilahi, lepaskan sukma
meneladani Ilahi bersifat
mengenali dan memahami lebih dalam aku
terhindar dari keheranan yang membelenggu menjadi keheranan yang membebaskan
terhindar dari keterbatasan maknawi  “ada” menjadi keluasan lautan tak bertepi berpelangi

Hakekat filsafat :
di atas langit dan di dalam bumi
pandangan kita terbatas atasi ketinggian, selami kedalaman
misteri ada dibalik pelangi
rindukan harkat-martabat
jauhkan dosa, dekatkan rahmat dan ampunan
kenali kelemahan menuju kekuatan
sadari kekurangan menuju kesempurnaan
pengabdian suci, dunia-akhirat

Gunungkidul, 26 Januari 2012.

Pohon Rindu

Oleh : Margita Widiyatmaka

Pohon rindu yang dulu aku tanam, kini berbuah iman
walau sempat termangu hadapi keadaan
walau sempat terganggu hama kehidupan
walau sempat malu nampakkan kesadaran
engkau tetap tegar dan kuat akar
diterpa badai, tak patah
digerus air, tak rebah

Pohon rindu yang dulu aku tanam, kini jadi hiasan di Taman Keabadian
walau sempat terkotori berbagai tahi hewan
walau sempat dikencingi anak-anak jalanan
walau sempat dimaki kekukuhanmu sebagai keangkuhan
engkau tetap segar, harum kesturi
dibelai-belai, batang-ranting tak berduri
digoyang-gaying, tahan lenting, tegak berdiri
tiada kata tuntas melukiskanmu, kerna kesetiaanmu merindu tak pernah berubah
walau godaan beruah-ruah dan gangguan para bedebah
apa saja, kapan saja, dimana saja; engkau tetap ibadah

Gunungkidul, 27 Januari 2012

Sabtu, 21 Januari 2012

Bola-bali, pola-poli

Oleh : Margita Widiyatmaka


Bola-bali, pola-poli, berulang-ulang, berkali-kali
barang kita beli belang, tak bisa ditukar kembali
semangat kita hilang, sulit berprestasi
cermat kita kurang, kesalahan terjadi

Bola-bali, pola-poli, berulang-ulang, berkali-kali
dari waktu ke waktu, dari ruang ke ruang
dari batu ke batu, dari batang ke batang
kita jadi hantu bergentayang
terpengaruh ratu cenayang
perasaan seteru slalu terpampang

Bola-bali, pola-poli, berulang-ulang, berkali-kali
bola kita dalamnya tak bulat menarik hati
kerna politik kepentingan mainkannya
tak pernah tergelitik lambungkannya
orang gila bola di mana-mana
orang gilas bola leluasa berkuasa

Bola-bali, pola-poli, berulang-ulang, berkali-kali
pola kita banyak, tak kita kenali
gila kita banyak, tak terkendali

Gunungkidul, 21 Januari 2012

Senin, 16 Januari 2012

Renungan Ratu Boko

Oleh : Margita Widiyatmaka


Kini aku papa
cuma batu tersisa
dari kejayaan masa lalu yang terlupa
aku ingin mengingat, membunuh lupa
mengingat sejarahku, bukan ceritanya
aku Raja Bangau yang terluka
menyendiri tiada yang suka
cuma mimpi yang kupunya
bebaskan diri di hamparan bukit
dari belenggu rindu Roro Jonggrang yang menghimpit

Maafkan aku, bila kaumku teraniaya
barangkali aku telah lalim, keji dan alpa
membuat mereka menderita, kerna kupaksa
menanggung beban pembangunan istana
kesewenang-wenangan dan keserakahanku mau dibawa ke pengadilan mana?
KPK belum terbentuk, POLISI masih TIDUR, dan hukum rimba masih berjalan
tiada yang mempermasalahkan
bila alam fana membuatku terlena, layakkah alam baka menerima kejujuranku
apa adanya
tinggal satu yang kumohon : kembalikan bangauku, bala rakyatku
agar mereka bebas dan damai dalam misteri bukit seribu yang ingin kuurai
agar mereka bebas memilih siapa yang paling pantas dimuliakan
Amien!

Kini aku papa
cuma batu tersisa
dari kerajaan masa lalu yang terlupa
aku ingin mengingat, jauh sebelum candi Borobudur dan Prambanan ada

Kraton Ratu Boko, Sleman, Yogyakarta, 12 Januari 2012.

Kamis, 12 Januari 2012

MALAM TAHUN BARU DI KOTAKU

Oleh : Margita Widiyatmaka

Dimalam Tahun Baru, aku tak bisa bersembunyi di kamar gelap
tak mampu bertahan di keheningan sendiri tanpa sanak-kerabat
di tengah kekhawatiran hujan lebat bagi perhelatan tahun berganti
yang dinanti-nanti orang seluruh negeri, khususnya anak muda generasi "happy"

Dimalam Tahun Baru, jam sebelas  kuputuskan keluar rumah
kayuh sepeda tembus keramaian dan kemacetan kota
susuri jalan, trotoar, pedagang kaki lima, panggung hiburan, maupun lesehan
berkali-kali terhenti letupan petasan maupun luncuran kembang api warna-warni
dar ... dar ... dar ... sossssssssssssss ... pyarrrrrrrrrrrrrrrrrrr
dar ... dar ... dar ... sossssssssssssss ... pyarrrrrrrrrrrrrrrrrrr
dar ... dar ... dar ... sossssssssssssss ... pyarrrrrrrrrrrrrrrrrrr
tak perlu kemenyan atau dupa terbakar, kembara jiwa terkabar di langit
lampiaskan harapan yang terkapar dan terjepit didalam kenyataan yang sulit melilit
berkali-kali terhenti tak bisa bergerak ditengah ombak lautan anak muda generasi "bunga"
yang terjebak tak bisa ke mana-mana
semua lambat merayap, bagaikan gerombolan semut terjerat gula
semua berharap rindukan zamrud khatulistiwa, aman-sentausa, tidak kurang suatu apa
dari Jalan Solo goyangan dangdut berdendang; sampai Kotabaru, nyanyian jiwa rock terhidang
lewat Gondolayu menuju Tugu, ke selatan sampailah di Titik Nol, nikmati tontonan wayang kulit
adegan "Buto", diakhiri "Pepeling" dari Dalang dan Sinden untuk sembahyang
aku pun pulang, tidurkan mimpiku yang menjulang dan masih panjang

Yogyakarta, 1 Januari 2012

Jumat, 06 Januari 2012

KHAWATIRKU PADA MERAPI

by : Margita W.

saat ada orang yang menabur angin di lereng Merapi, khawatir aku
dikejar badai yang tak pernah lesu bergerak
kali ini hamparan tanah kuinjak, kali lain
barangkali cadas kutabrak

aih ... !
diatas khawatir aku mesti yakin, suatu ketika masyarakat 'kan bijak
bukan saja pasang batu dari Merapi, jadilah candi--kandang macan yang abadi; melainkan pegang emas
yang panas lalu dingin, yang berkias lalu ingin, yang dipasang
di bumi beringin dengan api dingin dari Merapi bergunung batin!

khawatirku pada Merapi, kalau-kalau
        melempar batu, meludah api
                   sembunyi tangan
                   mulut bungkam
naudzubillahimindalik!

aih ... !
khawatirku dilukis Tuhan
di atas kanvas langit, alif dibengkokkan!
subhanallah!

                                                        Borobudur, Nopember 1988.

Pemandangan Alam  diambil fotonya dari atas Candi Borobudur


Koleksi Diorama : Museum Mini di komplek Candi Borobudur