Rabu, 28 Desember 2011

NYANYIAN MALAIKAT

Oleh : Margita Widiyatmaka'

bila cinta tak melekat, apa yang kita berikan dan dapatkan
hanya hampa
seperti punya pipa tanpa air mengalirinya
seperti punya mata tanpa hati yang mengisinya

pu pi pi pu ma ma
pu ha ha pu ha ha
punya pipa punya mata
punya-punya hanya-hanya main-main saja

bila cinta tak melekat, baru bekerja saja besar keinginan untuk
minggat
sekalipun ganti tak mudah didapat
sekalipun nanti tak bakal jadi orang berpangkat

bila cinta tak melekat
apa yang tertanam pada jiwa bukanlah semangat, melainkan angan-
angan untuk lepas dari jerat

Gunungkidul, Oktober 1990.

Jumat, 23 Desember 2011

KE MALANG SELINAP DI BATU

Oleh : Margita Widyatmaka

Berkali-kali ke Malang lewat tanjakan Pujon
senantiasa  aku puja dan mohon imanku seteguh tegak menjulang pohon
mampir cafe malam di sisi jalan, nikmati jagung bakar, susu segar, serta
STMJ hingga Stamina Terjaga Menjadi Jago

Berkali-kali ke Malang, kalau tak ke Batu tiada terbilang
lembah-lembah hijau nan indah terukir sejarah
dikepung gunung-gunung, tempat merenung
bermalam di hotel, menaruh lelah
slalu ingat apel, saat 'kan pulang ke rumah
jalan pagi lalui Gang Samadi ke Gunung Panderman
ingatkan kaki, tujuan iman

Berkali-kali ke Malang, jangan biarkan waktumu berlalu tanpa kenangan
nikmati keindahan Swiss tanpa salju, Selecta yang tertata
anugerah berkah alam semesta
Songgoriti, sungguh punya arti, meski banyak cinta imitasi
tak usah ikut-ikutan kejar sunyi, bidik puteri emak
yang tersembunyi di balik semak-semak berduri
yang biasa dibonceng dan dibawa lari ke villa-villa indah
di lereng-lereng, di lembah-lembah

Batu East Java, December 16th 2011

Jumat, 16 Desember 2011

RENUNGAN BULAN

Oleh : Margita Widiyatmaka

Bulan merah simpan kata
kata indah memerah di dada
aku berserah pada Yang Kuasa
merasa lemah tiada daya

Bulan gelap di malam gerhana
Bumi meratap "aduh" sembunyikan luka
aku terlelap, luruh dalam doa
berharap bulan utuh tebarkan cahaya

Bulan sabit di langit terselip
jiwaku sakit terjepit di bukit
angan melangit, bintang-bintang berkedip
seakan tahu duka-lara membatu
sembuhkan luka
lancarkan laku

Bulan sabit, kawanku berbagi
ketika ada yang sakit, ia obati
dengan garis sinarnya ngiris nyeri jadi terapi
ketika ada yang terhimpit beban langit, ia kurangi
dengan tetesan air mukanya basahi bumi jadi rasa sejuk
ketika ada yang berdosa, ia mandikan
dengan doa kata-kata alamnya nembus malam jadi ilham
nyanyian langit, senandung adzan
semangat bangkit di kandung badan

Yogyakarta, 10 Desember 2011.

Rabu, 07 Desember 2011

JALAN-JALAN KE PULAU BALI

  • Oleh : Margita Widiyatmaka
Hari I (Pertama) :

Sepagi ini aku sampai Tanah Lot
santai, gembalakan kebebasan di pantai
lepaskan tegang otot, kurangi nyeri kaki yang menggerogot
Di tangga-tangga gapura menuju Pura Di atas Batu Karang,
kulihat orang-orang berpose dengan gaya artis kondang
saling memotret bergantian, lupa waktu terus berputar
berani bersanding dengan turis-turis cantik muda Jepang bertopi lebar
kulihat jua orang-orang menyentuh ular kecil keberuntungan di gundukan pasir
dituntun Juru Kunci, ucapkan cita-cita yang belum terealisir
agar dikabulkan permohonan mereka ke Hyang Widhi Wasa
Memandang Tanah Lot, terbayang aku Pulau Drini,
di kawasan pantai indah Gunungkidul, Yogyakarta
serupa, tapi tak sama; jiwaku masygul tiada tara
di tanah gersang tersembunyi mutiara

Melihat ujung dunia di Tanjung Benoa
geliat tubuh terbungkus pelampung
naik kapal pisang ditarik kapal kebut
uji nyali, melayang di atas air laut
puji ilahi, memandang batas cakrawala
keindahan alam semesta, dendangan tra-la-la
naik motor perahu ke teluk penyu bersama-sama
rindu yang tersimpan dalam pasir putih terbuka
hilangkan letih, luka, pedih dan duka

Melihat maha karya manusia bernama GWK atau Garuda Wisnu Kencana
kagum berdecak di tengah Tarian Kecak, dan aroma turis-turis manca
di atas batuan kapur ini, kuisi buku mimpiku dengan sabar jadi sempurna
kukejar harapanku jadi kenyataan, rencanaku jadi pelaksanaan, dan
kesetiaanku jadi kemuliaan


Melihat orang-orang antri belanja Kaos Joger
terbayang olehku orang-orang antri belanja Kaos Dagadu
di Malioboro-Ngayogyakarta, entah asli atau palsu, yang penting Dagadu
di Bali, biar mahal, asal Joger, pasti dijamin ngiler


di Legian-Kuta ketemu rumah spa, dipanggil Tuan Abdul Muluk
dengan ramah aku disapa, dipersilahkan masuk
ada aroma terapi bunga warna-warni
bercampur keringat dan airmata sang pemijat
merendam kaki kakuku dalam baskom bermotif gadis Nippon
di rumah ini, kubunuh sepi
kesetiaan terbeli oleh keangkuhan
di mata sang pemijat aku jadi terhormat
dibelenggu ruang dikejar waktu, diperalat uang diumbar nafsu
tak kuat iman setan merayu
semoga Tuhan lindungi aku dari salah, bukan sekedar malu
dari kalah melawan janji-janji dan kesenangan melulu

Jalan-jalan ke Pulau Bali
mampir di Pantai Kuta senja hari
bermain pasir putih melukis mimpi sedih
angin berdesir mengais jiwa tersisih
hampir terlunta dibawa peri
tak tahu jalan ke Hotel Puri, tempat rombongan istirahatkan diri
nyaris tertinggal bus, aku berlari

Hari II (Kedua) :

di Galuh kita jadi pembelanja konveksi yang agresif dan konsumtif, jadi pemborong barang
di tengah Tarian Barong
kerna hujan deras sekali, ke Kintamani tak jadi
mampir Pasar Seni Sukawati, ketemu pacar SMA beli celana pantai biru warna
aku ditraktir, dibelikan dua
kenangan terukir penuh makna

Hari III (Terakhir) :

Kerna hujan masih deras sekali, ke Bedugul urung alias tak terkabul
hanya sempat kunjungi saudara kita "Kera Ekor Panjang" di Sangeh
Selamat tinggal, saudaraku, aku ingin pulang!
bukan aku tak mau memberi kau kacang maupun pisang,
tetapi aku khawatir caramu yang suka merebut apa saja yang kupegang
Lewat Gilimanuk menuju Ketapang, dengan kapal ferri kita menyeberang
pelajaran buruk jangan kita ulang, dengan niat awal baik kita berjuang
menuju kampung halaman penuh kalbu nyaman
Amien!

Bali, 21 Maret s.d. 23 Maret 2008.