Oleh : Margita Widiyatmaka
Setelah kupikir-pikir di desa Mamah tak ada lagi wadah yang bisa
memandu jalannya darah, rasa-rasanya aku harus pergi jauh
merengkuh batas cakrawala yang paling teduh
agar aku dapat bersimpuh, mengenal sejarah sendiri selama tempuh
Setelah kupikir-pikirdi atas gunungku mega tetap keruh
rasa-rasanya aku 'kan jatuh, kalau tak segera berlari mengejar
bayangan sendiri yang sungguh
Yogyakarta, Maret 1990.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar