Oleh : Margita Widiyatmaka
Air di mata penyair adalah kata-kata
bila ia mengalir menembus jantung gunung, itulah renungan suatu
cita-cita
Tanah di mata penyair adalah darah jiwa
bila ia mengalir ke dalam tubuh tumbuhan, itulah kebutuhan bagi
keberlangsungan kehidupan
Angin di mata penyair adalah angan-angan
bila ia bergerak mendekati langit jingga, itulah jarak antara
harapan dan kenyataan
Pelangi di mata penyair adalah busur hati
bila ia berpanah putih melati, itulah gambaran suatu
citra abadi
Gunungkidul, Desember 1991.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar