Oleh : Margita Widiyatmaka
ia datang, tepat kuterjaga cicak ketuk jendela,
' tek-tek-tek ... tak-tak-tak!"
kusibak gorden kuungkit nako, langit tercengang
kehilangan bulan dan bintangnya
dengan nama Allah yang mahaterang, mestinya
segelas air putih yang telah kusiapkan di meja sejak petang
segera kutanggak sampai tersisa endapan kapurnya
agar ia hilang
Gunungkidul, April 1988.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar