Selasa, 09 Agustus 2011

DONGENG SERIBU SATU MALAM

Oleh : Margita Widiyatmaka

Saudaraku memang air mata
sudah dibantu sedemikian rupa sehingga, rupa-rupanya masih me-
nggantungkan kemurahan Sang Bapa, yang kaya kue--kuenya habis
dibagi rata, yang kaya kasih--kasihnya tersimpan dalam doa

Saudaraku bernama Luh Juwita
kebebasannya terbatas pada kaca, dan usia mudanya dirampas oleh
rasa terpaksa

Saudaraku Luh Juwita
waktu aku masih kecil sering mendongeng tentang seorang pemuda
dusun, pencari kayu bakar, yang dapat menyelamatkan seorang Puteri
Raja--pelarian dari Negeri Daha yang sedang dilanda kudeta
dalam dongeng itu, akhirnya keduanya berikrar untuk hidup tegar
seakar-sejiwa di tengah api yang sedang berkobar

Saudaraku Luh Juwita
air matanya yang ungu masih tersisa di langit  biru
menjadikan aku haru mengenangmu

Yogyakarta, Maret 1991.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar