Senin, 12 Maret 2012

Manusia Mewujud Dalam Sujud

Oleh : Margita Widiyatmaka

Hanya dengan berwujud, manusia membangun cara bersujud
monumen-monumen, kuil-kuil suci, klenteng-klenteng, candi-candi,
gereja-gereja, hingga masjid-masjid
doa-doa dalam agama, puisi religi, tarian sufi,
musik klasik, hingga musik dangdut,  dan  semua nyanyian bernuansa sujud
adalah wujud keberadaan manusia yang membudaya
budayakan diri, budayakan dunia di luar diri
berdayakan diri, tanam pohon ikhtiar
sabar, menanti pasrah
syukur, memanen berkah
mengubah alam kodrat, adab dan peradaban terpahat

Manusia mewujud, sadar “ada”
keberadaan mereka tak sekedar berada, tetapi mengada
setiap kata yang mereka cipta itulah gambaran mengada
setiap konstruksi yang mereka bangun itulah pencitraan keadaan
yang manjakan mimpi-mimpi dengan resepsi dan pesta berbunga imitasi
yang menyulap penderitaan jadi kegembiraan dan kekuatan
yang mengharap cinta tak hilang dari mata dan berkesan selamanya
menangis tersedu-sedan, karena cinta semata kepada Sang Pencipta tak tertahan

Manusia mewujud, mendalam bersujud
senantiasa berikhtibar, lantunkan Tuhan yang akbar
kehormatan dan kemuliaan mereka ada dalam sujud
mewujud itu kesadaran mewajib bersujud
kesujudan mereka, kesetiaan yang mengalir tertib

Hakekat mewujud, kembara bersujud
suara batin, rambu perjalanan hidup
pengendali kehendak dalam bertindak
penyeru cinta untuk tidak atau lakukan sesuatu
sebelum langkah maju, bimbang-ragu  ditimbang-diteraju
sesal di awal, ingat di asal; sesal kemudian, kesia-siaan
nada terjalin terdengar lamat : “kembalikan iman, tujuan selamat”

Yogyakarta,     Februari 2012

1 komentar: