Oleh : Margita Widiyatmaka
Bagi penyair, memburu atau diburu kata itu biasa
biasa hirup kata terungkap maupun kata terselinap
biasa tangkap kata tahap demi tahap maupun kata kutu loncat
biasa berharap bisa, bukan biasa bisa berharap
Bagi penyair, kata meluncur bisa jadi peluru atau martir
kerna kata bisa jadi pembunuh atau korban
kerna kata bisa jadi hujatan atau pujian
kata dalam hujatan bukan semata bermakna kebencian
kata dalam pujian bukan semata bermakna kecintaan
semua bermuara ke laut kehati-hatian
Bagi penyair, kata adalah selimut jiwa yang dimaknai sebagai rasa
kerna dengan rasa yang bisa mereka setir dan akomodir
Insya Allah, kekuatan dan keindahan kata terukir
Bagi penyair, kesetiaan pada kata tak pernah berakhir
walau bumi retak maupun langit runtuh sekalipun
mereka tetap terbuai melantun kata
Bagi penyair, kemuliaan yang mereka damba adalah jadi Raja Kata
yang mahirkan semesta, menganyam kata jadi harta tak terhingga
yang lahirkan kata cinta dan ayoman kepada hamba lemah jiwa
tak terusik hiruk-pikuk dunia yang meracik keburukan jadi kebaikan
tak peduli himpitan, hambatan, atau ancaman kematian
mereka ciptakan kesempatan dalam kesempitan, penentangan jadi daya juang
mereka jaga kata, jadi surga hati dekat dari sifat Ilahi
Gunungkidul, 21 Oktober 2011.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar